expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Pengobatan Tekanan Darah Tinggi yang Tepat

         Bagaimana cara mengobati penyakit darah tinggi yang benar? Ini merupakan pertanyaan yang sering disampaikan oleh pasien penderita tekanan darah tinggi yang merasa penyakitnya tidak pernah sembuh. Bahkan lebih ekstrim lagi, sampai bertanya "Apa obat darah tinggi yang paling ampuh?". Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu apa itu penyakit Tekanan Darah Tinggi atau istilah medisnya adalah "Hipertensi".


Apa itu Tekanan Darah Tinggi?
        Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu kondisi yang mana terjadi peningkatan tekanan pada aliran darah. Gejala lain yang menyertai antara lain: pusing, nyeri kepala, leher kaku, gampang emosi, bahkan perut terasa sebah. Apakah jika pusing, nyeri kepala dan leher kaku pasti mengalami peningkatan tekanan darah? jawabnya "belum tentu". Sebagai penanda adanya hipertensi adalah nilai dari pemeriksaan tekanan darah atau tensi. Jadi harus diperiksa terlebih dahulu untuk menyatakan bahwa pasien menderita hipertensi atau tidak.

          Berapa nilai tekanan darah yang normal dan yang tidak normal atau digolongkan hipertensi (tekanan darah tinggi)? berikut tabel klasifikasi nilai tekanan darah manusia menurut JNC7


           Jika pasien memeriksakan diri, dan pemeriksa mengatakan nilai tensi sebesar 120 per 70 maka berarti tekanan sistolik sebesar 120 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 70 mmHg. Tekanan darah anda tergolong normal. Jika baru kali pertama memeriksakan tekanan darah dan mendapatkan tekanan darah sistolik > 140 mmHg, jangan terburu-buru menganggap hipertensi. Kenapa demikian? hal ini mungkin disebabkan beberapa faktor, yaitu bisa saja alat pengukur tensinya yang error atau pula dipicu oleh stress akut misal rasa nyeri atau panik. Jika anda mengalami stress atau nyeri, misal setelah mengalami kecelakaan, maka tensi akan naik sebagai kompensasi dari kerja jantung. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pemeriksaan berulang dengan alat yang berbeda. Jika nilainya sama atau terdapat selisih perbedaan sebesar 10 mmHg maka masih dianggap sama. Misal di tempat pemeriksaan A, tensi 170/90 sedangkan di tempat B, tensi 160/80, maka masih digolongkan  tekanan darah tinggi. Jika pasien dalam riwayatnya sudah pernah punya tekanan darah tinggi, maka cukup satu kali pemeriksaan, tidak perlu diulang lagi.

Penyebab Tekanan Darah Tinggi
       Dalam memberikan pengobatan, perlu diketahui bahwa pengobatan terdiri dari dua macam secara garis besarnya, yaitu mengobati dengan meredakan gejalanya dan mengobati penyebab utama dari penyakitnya. Pada penyakit hipertensi ini, perlu diketahui juga apa penyebab dari meningkatnya tekanan darah. 

       Hampir 90 % - 95 % kasus hipertensi bersifat essensial yaitu tidak diketahui penyebabnya, sedangkan sisanya merupakan akibat dari penyakit lain. Penyakit tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyakit lain disebut HIPERTENSI SEKUNDER. Beberapa penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan darah yaitu, antara lain: penyakit ginjal, penyakit kelenjar tiroid, gangguan hormon, penyakit jantung, bahkan kehamilan juga bisa memicu peningkatan tekanan darah tinggi.

Pengobatan Tekanan Darah Tinggi
        Sesuai penjelasan sebelumnya, sebelum memberikan pengobatan hipertensi, perlu dipastikan dulu apakah benar menderita hipertensi dan klasifikasinya serta mengetahui apa penyebab dari peningkatan tekanan darah tersebut. Jika dalam wawancara atau anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak menemukan tanda dan gejala dari penyakit lain serta sulit melakukan pemeriksaan pelengkap misal laboratorium, maka cukup didiagnosis HIPERTENSI (asumsi hipertensi essensial). 

       Penyakit ini tidak mengenal istilah "sembuh", adanya "terkontrol", jadi meski dalam pemeriksaan tensi dalam klasifikasi "normal" tetapi punya riwayat "tinggi" sebelumnya, maka tidak bisa dikatakan bahwa penyakit darah tingginya sudah sembuh. Pasien harus tetap rutin kontrol, meski tidak muncul gejala lain penyerta.

Obat utama dari hipertensi ini adalah Pola Hidup. Jadi sebelum menggunakan obat-obat antihipertensi, harus diatur terlebih dahulu pola hidupnya, salah satunya adalah pola makan. Pola makan yang bagaimana yang sesuai untuk penderita hipertensi? 

1. Batasi asupan garam.
    Banyak yang salah kaprah tentang membatasi asupan garam ini. Banyak orang menganggap bahwa membatasi asupan garam berarti adalah tidak makan yang "asin". Hal ini ada benarnya juga ada salahnya. Salahnya adalah, belum tentu makanan yang tidak asin, kadar garamnya rendah. contoh makanan yang terasa gurih, yang mana kadar garamnya cukup berlebih bagi penderita hipertensi, tetapi rasanya tidak asin sebab ditutupi oleh bumbu yang lain. Contoh lain menggunakan kecap sebagai penyedap, meski kecap rasanya manis, tetapi mempunyai kadar garam yang cukup tinggi. Lalu bagaimana cara mengetahui asupan garam (natrium) yang tepat dikonsumsi? alangkah baiknya konsultasi dengan ahli gizi di Rumah Sakit umum terdekat. Hindari bumbu yang mengandung natrium misal Kecap, micin (vetsin/MSG).

2. Kurangi makanan berlemak
    Makanan berlemak menyebabkan kadar kolesterol yang tinggi, sehingga bisa mengganggu aliran darah. Maka perbanyak makanan buah dan sayuran karena kaya serat, sebab serat ini yang akan mengikat kolesterol, sebelum masuk ke pembuluh darah. Makan buah dan sayuran, lebih baik dikonsumsi setengah hingga seperempat jam sebelum makan.

3. Hindari daging kambing
Sebenarnya daging kambing cukup dibatasi saja, tetapi beberapa ahli menyarankan untuk menghindarinya. 

4. Hindari konsumsi Alkohol.
Hindari konsumsi makanan atau minuman mengandung alkohol, misal minuman fermentasi (tuak, bir, wine), Tape, Durian, Brem.

5. Atur Psikologis
Seperti yang telah diketahui, stress atau pikiran bisa memicu peningkatan tekanan darah. Melalui mekanisme hormonal, otak yang digunakan untuk berpikir akan memerintahkan jantung untuk menyuplai bahan energi menuju otak melalui pembuluh darah. Sehingga pembuluh darah akan konstriksi agar suplai bahan energi segera sampai ke otak. Karena pembuluh darah tersebut kosntriksi (menyempit) maka tekanan darah meningkat.


Obat Anti Hipertensi
         Ada beberapa jenis obat anti hipertensi yaitu: Diuretik, ACE inhibitor, Calcium Channel Bloker, dan Angiotensin-Renin Bloker dan Beta Bloker. Pengggunaan obat-obat tersebut harus sesuai indikasi. Meski obat generiknya terjual bebas tetapi tidak sembarangan dalam memberikan. maka dari itu pasien penderita hipertensi harus rutin kontrol. 

         Di Amerika, jika klasifikasi tekanan darah masih dalam hipertensi derajat I, obat pilihannya adalah golongan tiazid, sedangkan di Inggris jika hipertensi derajat I, menggunakan obat golongan Calcium Channel Blocker untuk pasien usia diatas 55 tahun, sedangkan ACE inhibitor untuk pasien usia lebih muda. Pemberian obat sebaiknya dimulai dari satu jenis obat dengan dosis rendah, kemudian ditingkatkan atau dikombinasikan dengan obat yang lain. Aturan kombinasipun harus sesuai, karena ada indikasi dan kontraindikasi yang bisa membahayakan pasien. Misal pada penderita Gagal Ginjal, yang mana menggunakan obat diuretik (obat membuat kencing) yang tidak hemat Kalium. 
         
          Obat dengan generik yang sama tetapi mempunyai nama merk yang berbeda, juga bisa mengakibatkan hasil yang berbeda. Karena mempunyai struktur kimiawi yang sedikit berbeda. Ibaratnya seperti sepeda motor, sama-sama "Honda", yang satu Honda CB tahun 70-an, sedangkan satunya Honda Tiger 2000, sesama produk Honda, tetapi mempunyai kecepatan maksimal yang berbeda.

            Ada mitos bahwa jika tensi sudah normal atau gejala penyerta sudah tidak muncul lagi, maka sudah sembuh dan tidak perlu minum obat antihipertensi, atau obat antihipertensi tidak perlu rutin diminum sebab bisa mengakibatkan gangguan di ginjal. Hal ini tidak benar, sebab Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak mengenal "sembuh" tetapi "terkontrol". Yang mengetahui indikasi penghentian obat adalah tenaga medis. Kalaupun dihentikan itu tidak mutlak berhenti minum obat, tetapi terdapat penggantian jenis obat sesuai indikasi. Misal pasien minum rutin captopril (ACE Inhibitor), kemudian selama konsumsi, pasien terkena "batuk-batuk", maka Captopril dihentikan lalu diganti obat yang lain, misal Amlodipin (Calcium Channel Blocker). Captopril mempunyai efek samping berupa "batuk-batuk". Jikalau tidak rutin minum obat, justru Hipertensi akan mengakibatkan komplikasi berupa gangguan di ginjal. 

         Terdapat Lingkaran Setan antara Darah Tinggi, Jantung, dan Ginjal. Gangguan ginjal dan jantung, menyebabkan tekanan darah tinggi, tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.



3 comments :

  1. kalau orang desa, kalau darah tinggi obatny timun, kalau darah rendah obatny daging kmbing...bnar g kyk gitu

    ReplyDelete
  2. kakek nenek dari ayahku kena darah tinggi mudah2an gak nurun :D

    ReplyDelete
  3. Info yang menarik dan saling suport kawan

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...