Sampel Obat Herbal |
Menurut dr. Arijanto Jonosoewojo SpPD, jamu atau herbal sesungguhnya sudah digunakan nenek moyang kita secara turun-temurun untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Saat ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) tidak lagi menggunakan istilah complementary alternative medicine (CAM) melainkan Traditional and Complementary Medicine.” Ini karena alternatif konotasinya menggantikan,”jelas dr. Arijanto.
dr. Andrijono menuturkan, pengobatan komplementer tidak meninggalkan pengobatan konvensional yang telah dipakai oleh dokter. Sebagai contoh jika ada pasien kanker, standar terapi untuk mereka adalah bedah, kemoterapi atau radiasi bahkan kombinasi ketiganya. Juka pasien kanker tadi masih menggunakan 1 atau kombinasi dari ke-3 pilihan terapi konvensional standart tersebut, kemudian ditambahkan dengan obat herbal, pasien dikatakan sedang melakukan pengobatan komplementer. Lain halnya ketika pasien menolak dilakukan pembedahan, radioterapi ataupun kemoterapi dan memilih hanya menggunakan herbal saja, maka pasien dianggap menggunakan pengobatan alternatif.
Kata “herbal” dijadikan jaminan keamanan suatu obat karena bersifat alami sehingga orang cenderung mengabaikan aturan untuk mengonsumsinya. Hal itu diakui ole dr. Arijono. Meski begitu, jangan sampai kita melupakan kaidah-kaidah pemakaian herbal agar khasiat obat herbal tetap terjaga, jelasnya. Pemakaian obat herbal dikatakan dr.Arijono harus memenuhi kaidah empat tepat satu waspada (4T+ 1W) yaitu mencakup tepat penggunaan, tepat pemakaian, tepat obat herbal, tepat dosis dan cara pemberian dan waspada.”Semua itu perlu dipatuhi, jika tidak, justru akan menimbulkan kontraindikasi. Prinsipnya seperti obat kimia,”tukasnya.
obat trasisional dan jamu sekarang sudah banyak diminati, dibanding dengan obat sintesis kimia.
ReplyDelete