expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Alergi Obat

Alergi obat Steven Johnson Syndrome
Alergi Obat (Steven Johnson Syndrome)
Minum obat agar sembuh tapi malah timbul bentol-bentol dan mata bengkak! Apa ini yang disebut alergi obat? PERNAHKAN anda mengalami gatal-gatal keseluruh muka, bahkan sampai muntah-muntah setelah meminum obat tertentu. Dari gejala tersebut mungkin Anda sedang mengalami alergi obat. Reaksi alergi obat bisa ringan hingga berat. Lantas bagaimana mengatasi alergi obat?

               Kita biasa mendengar orang memiliki bakat alergi atas sesuatu, entah terhadap debu, hawa dingin, tengau atau lainnya. Mungkin akan sedikit yang berfikir bahwa obat juga bisa mencetuskan alergi. Alergi adalah gejala hipersensitivitas tubuh terhadap zat- zat yang disebut allergen (zat yang memiliki daya alergi). Ada orang yang memiliki alergi secara umum, seperti alergi dingin, alergi debu, alergi tungau, alergi benang sari bunga, alergi bulu binatang. Beberapa orang juga memiliki alergi obat atau dikenal dengan alergi obat.

              Hipersensitivitas mereka yang mengalami alergi obat akan muncul reaksi pada tubuhnya. Reaksi bisa bersifat lokal (di tempat tertentu saja misalnya kulit merah), bisa pula menyeluruh. Reaksi tersebut merupakan reaksi hipersensitivitas (reaksi yang berlebihan atas suatu zat). Obat ini berperan sebagai benda asing dan tubuh menanggapinya dengan memberikan reaksi radang. Akibatnya benda (zat)yang seharusnya tidak berbahaya, dianggap sistem kekebalan tubuhnya) sebagai zat asing yang berbahaya (antigen) lalu mengeluarkan reaksi yang berlebihan berupa pengeluaran zat-zat kimia seperti histamin, bradikinin,dll.

         Alergi terhadap obat terjadi pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang hipersensitif. Pada orang normal obat yang masuk tidak dianggap sebagai benda asing sehingga tubuhnya tidak memberikan reaksi seperti halnya pada mereka yang alergi obat. Diperkirakan, angka kejadian alergi obat berkisar antara 1-5% pasien.

            Selain obat-obatan, makanan (terutama makanan laut) dan debu juga bisa menyebabkan alergi. Manifestasinya bisa bermacam- macam. Apabila alergi itu mengenai saluran napas bisa terjadi asma. Bila mengenai mata bisa terjadi konjungtivitis alergika dengan tanda dan gejala antara lain mata merah, berairdan gatal.Bila mengenai hidung bisa menjadi rhinitis alergika dengan tanda dan gejala antara lain hidung meler dan gatal, bersin-bersin.

             Seseorang dengan alergi obat tidak mutlak akan mengalami alergi terhadap benda atau zat lain, tetapi kemungkinan untuk mengalami alergi menjadi lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat alergi. Alergi dipercaya dapat diturunkan tetapi dengan manifestasi yang tidak mutlak sama. Misalnya, orangtuanya alergi yang bermanifestasi pada saluran napas (asma), maka mungkin saja anaknya alergi tapi bermanifestasi pada kulit (biduren-Jawa; baliman- Banjar).


Ringan Hingga Berat
             Gejala alergi obat sendiri sangat bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala ringannya berupa keluhan gatal, kemerahan, bentol-bentol pada kulit. Dikatakan mulai parah bila terjadi adanya kematian sel-sel kulit (necrolizing epidermal toxic), demam tinggi, pembengkakan di saluran napas yang menyebabkan seseorang kesulitan bernapas (angioedema dan asma bronkiale), henti jantung yang dapat berakhir pada kematian apabila terlambat ditangani.
            Untuk penanganannya sendiri adalah dengan menghentikan penggunaan obat-obat penyebab alergi tersebut, juga mengatasi gejala yang timbul. Untuk keluhan ringan seperti gatal dapat diatasi dengan, misalnya di rumah dapat dilakukan dengan kompres air hangat dan penggunaan obat-obat gatal berupa bedak yang beredar di pasaran. Apabila keluhannya sedang-sampai berat, lebih baik segera dibawa ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat. Dokter akan memberikan obat alergi yang sesuai. Penanganan yang terlambat dapat menyebabkan kematian.
           Alergi sayangnya tidak dapat disembuhkan. Ini termasuk kategori kelainan, bukan penyakit. Gejala bisa makin parah bila masih terus menggunakan obat tersebut. Perlu untuk diketahui, alergi obat bukan hanya terhadap obat-obatan tertentu saja. Terhadap vitamin, antibiotika dan suplemen juga bisa mencetuskan alergi. Kenapa? Vitamin, antibiotika dan suplemen juga masuk golongan obat, namun begitu, angka kejadian alergi untuk vitamin dan suplemen sangat rendah. Sementara itu angka kejadian alergi untuk antibiotika lebih banyak dibandingkan vitamin dan suplemen.

Diagnosis Alergi Obat
          Untuk mengetahui bagaimana caranya mendeteksi seseorang alergi terhadap obat adalah dengan pemeriksaan fisik. Pasien alergi obat biasanya lebih gampang mendeteksi alergi terhadap obat. Biasanya ada riwayat dari penggunaan obat-obatan yang mudah menyebabkan alergi seperti antibiotika golongan penisilin seperti amoksisilin, ampisilin, dan kotrimoksazole). Namun sebaliknya, apabila pasien tidak memiliki riwayat mengonsumsi obat penyebab alergi tersebut, maka ada kemungkinan alergi tersebut tanpa bisa dideteksi sebelumnya.
       Pemeriksaan untuk menunjang diagnosis alergi obat dapat dilakukan berupa pemeriksaan penunjang seperti skin test. Pada tes ini obat diberikan dalam jumlah sedikit dan aman pada pasien untuk menilai adanya reaksi alergi atau tidak. Ada juga tes lain meski jarang dilakukan yaitu biopsi kulit dan physicalchallenge test.

          Alergi obat sebaiknya jangan disepelekan. Meski kerap dianggap sebagai gangguan yang enteng, kelainan alergi bisa mengakibatkan efek yang berat seperti Steven Johnson Syndrome (SJS). Penyakit SJS ini merupakan bentuk parah dari alergi, yang salah satunya dapat disebabkan oleh obat. Kulit pasien menjadi melepuh (seperti terbakar), dan dapat pula mengenai mukosa tubuh, seperti pada bibir, kemaluan dan saluran napas. Penyakit ini dapat berakhir pada kematian.

Kerap Diadukan
          Istilah alergi obat memang tidak sefamiliar alergi lainnya. Karena minimnya pengetahuan, kasus alergi obat, terlebih jika mengakibatkan efek berat semisal SJS kerap menjadi bahan aduan malpraktik pada sang dokter. Hal ini diakibatkan kurangnya komunikasi yang baik antara dokter dengan pasiennya. Beliau berpendapat, dokter sebelum memberikan obat harus menggali informasi dari pasien tentang riwayat alergi baik terhadap obat maupun terhadap bahan lain. Apabila ditemukan adanya riwayat alergi, dokter harus lebih berhati-hati dalam memilih dan memberikan obat pada pasien tersebut. Sebelum memberikan obat- obatan yang sekiranya berpotensi tinggi menimbulkan alergi, dokter harus melakukan tes terlebih dahulu. 

              Pasien juga tidak kalah berperan. Pasien dituntut memberikan informasi yang jelas kepada dokter tentang riwayat alergi yang dimilikinya. Ini dilakukan agar dokter lebih berhati- hati dalam meresepkan obat. Dengan penggalian informasi yang akurat pada pasien disertai pemeriksaan fisik yang dilakukan, alergi obat menjadi lebih mudah dikenali oleh dokter.
           
       

2 comments :

  1. alhamdulillah saya tidak alergi dengan obat

    ReplyDelete
  2. Sangat lengkap. Tpi bagi saya pribadi, alergi atau tidak tetap jarang menggunakan obat dalam penyembuhan.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...