Epilepsi pada anak masih menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat Indonesia, bahkan kondisi ini tak pelak menjadi buah bibir dan tak jarang kemudian dikaitkan dengan stigma negatif, seperti; kerasukan setan, bisa menular jika kena air liurnya, dan masih banyak hal lain yang masih tidak masuk akal.
Diperkirakan penderita epilepsi di Indonesia jumlahnya mencapai 1,8 juta. Dengan penderita epilepsi baru 250.000 penderita per tahun. Dari sekian banyaknya penderita epilepsi, kasus epilepsi lebih banyak ditemukan pada nak-anak, dibandingkan orang dewasa.
Epilepsi merupakan sebuah gangguan fisik yang menyerang bagian otak manusia. Epilepsi bukan gangguan mental, penyakit ini tidak menular melewati air liur, atau melalui perantara lain. “stigma negatif ini akan berdampak pada problem psikosial yang buruk bagi penderita. Kurangnya kepercayaan diri akan menimbulkan kecemasan sehingga mengganggu kualitas hidup pasiennya. Selain itu keluarga juga menjadi tertekan dengan kondisi anggota keluarganya yang mengalami epilepsi.
Kejang yang khas
Epilepsi merupakan suaru keadaan yang ditandai oleh bangkitan berulang, berselang lebih dari 24 jam dan timbul tanpa adanya provokasi. Bangkitannya(kejang) itu tidak boleh di hari yang sama. Serangannya harus stereotipik.
Otak memiliki milyaran sel saraf. Supaya bisa berkomunikasi satu sama lain, maka terjadilah aliran listrik yang kecil. Tegangannya tidak besar hanya dalam mikrovolt. Nah, bilaaliran listriknya tidak normal atau tidak seimbang, terjadilah epilepsi.
Gejala Epilepsi atau bangkitan epilepsi (epileptic seizure) terbagi menajdi beberapa kondisi, yaitu patial seizure, general tonic, absence seizure. Mudahnya, gejalanya mulai dari kejang, terkejut, ank tiba-tiba melamun atau tubuh kaku sementara. Gejalanya tergantung saraf apa yang terganggu aliran listriknya. Misal, kalau motorik, tangannnya kejang. Jika sensorik, anak tersebut tiba-tiba melamun sementara. Namun apakah semua kejang adalah tanda epilepsi? Belum tentu. Kejang sebagai epileptic seizure terjadi berulang, berselang 24 jam dan stereotipik.
Apa yang dimaksud stereotipik? Stereotipik contohnya, hanya tangan saja yang kejang atau bagian tubuh tertentu. Jika 24 jam kemudian yang kejang bukan tangan lagi melainkan kaki, ini tidak stereotipik dan bukan epilepsi.
Biasanya kejang diawali tubuh yang menegang, lalu mulai mengejang. Kondisi ini berlangsung 1 sampai 3 menit. Paling lama 5 menit. Yang jelas kejang terjadi secara spontan tanpa provokasi dari penyakit lain seperti demam.
Otak manusia, memiliki bagian dan fungsinya sendiri-sendiri, seperti digunakan untuk fungsi bahasa, motorik dan lain-lain. Pada penderita Epilepsi, bangkitan disebabkan oleh akrena ketidakseimbangan antara aktifitas listrik positif dan negatif. Hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal, seperi: Stroke, infeksi atau diakibatkan oleh trauma. Jadi epilepsi bukan penyakit menular, kutukan atau gangguan kejiwaan. Bahkan Epilepsi bisa diobati.
Jenis epilepsi absence muncul jika seseorang bernapas terlalu cepat dan dalam. Absence termasuk dalam jenis epilepsi general karena tidak bisa berkomunikasi dengan orang di luar saat bangkitan terjadi.
Bangkitan lain adalah Atonia (A = tidak, Tonia = tonus) atau artinya Tidak ada kekuatan otot. Jika pasien mengalami epilepsi atonia, ia kemana-mana harus memakai helm. Perlu kehati-hatian pada pasien dengana tonia.
Namun tidak semua semua epilepsi ditandai dengan kejang, dan tidak semua kejang adalah epilepsi. Kejang demam biasa muncul pada anak usia 4 bulan. Dan umumnya akan sembuh dengan sendirinya pada usia 6 tahun. Jika kejang yang timbul pada anak disertai demam umumnya bukan merupakan epilepsi.
Pengobatan
Jika seseorang anak dicurigai epilepsi, ditandai dengan kejang tanpa provokasi, anak harus dibawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter umumnya akan pemeriksaan tambahan dengan EEG (Electroencephalography). Pasien akan dilihat hasil gambaran listrik otaknya, selama 30 - 60 menit. Untuk mencetuskan bangkita pasien biasanya diganggu dengan lampu atau dengan hal lain.
Tujuan utama terapi adalah mengupayakan tercapainya kualitas hidup optimal, untuk penyandang epilepsi sesuai dengan perjalanan penyakit dan disabilitas fisik maupun mental yang dimilikinya. Bebas bangkitan tanpa efek samping adalah tujuan utamanya. Pasien biasa akan diberikan obat anti-epilepsi selama kurang lebih 2 tahun. Jenis obatnya bermacam-macam seperti Phenobarbital (fenobarbital), phenytoin (fenitoin).
Hal pertama yang dilakukan jika melihat seseorang mengalami kejang karena epilepsi adalah dengan tidak menahan gerakan penderita. Jangan memindahkan penderita kecuali penderita dalam bahaya. Jangan memasukan makanan dan minuman atau apapun ke dalam mulut penderita, termasuk obat=obatan ketika muncul bangkitan (kejang), serta jangan coba menyadarkan pasien secara paksa.
No comments :
Post a Comment