expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

TBC Paru Penyakit Berbahaya Tapi Bisa Disembuhkan

TBC Paru
ADA yang mengangap remeh, ada juga yang takut. Tuberkulosis, dahulu dianggap sebagai penyakit yang hanya dapat menyerang kalangan bawah, padahal anak-anak atau dewasa dengan gizi baik pun dapat terkena. Menurut Prof.Dr.Hadiarto Mangunnegoro, SpP(K),FCCP, TBC C menyebabkan kerusakan terutama pada paru, menimbulkan gangguan berupa batuk, sesak napas, bahkan dapat menyebar ke tulang, otak, dan organ lainnya. Bila dibiarkan, kuman ini dapat menggerogoti tubuh dan menyebabkan kematian. Saat ini tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular penyebab kematian utama di Indonesia.

BATUK DAN KURUS
        Salah satu gejala utama tuberculosis paru adalah batuk dalam waktu lebih dari satu bulan. Saat batuk, kuman tuberculosis akan menyebar melalui droplet atau dahak dan kemudian terhirup oleh orang lain. Bersin yang tidak terlihat sekalipun, juga dapat mengandung kuman tuberculosis dan menular ke orang lain. Pada orang yang sehat, sistem kekebalan tubuh akan membunuh bakteri tuberculosis sehingga tidak timbul gejala. Sementara, jika tubuh tidak mampu membunuh dan gagal mencegah penyebaran kuman, kuman dapat menginfeksi paru atau organ lain di seluruh tubuh, dan menimbulkan gejala dalam hitungan mingggu atau bulan. Inilah yang dikenal dengan tuberculosis aktif.

    Meski terkadang kuman gagal diberantas, tetapi penyebarannya ke seluruh tubuh dapat dicegah. Dengan demikian, gejala tuberculosis tidak akan muncul, meski sebenarnya kuman masih ada di dalam tubuh. Hal seperti ini dikenal sabagai tuberculosis laten. “Tuberkulosis laten dapat menjadi aktif di kemudian hari, terutama saat kekebalan tubuh sedang dalam keadaan lemah,” jelasnya.

          Penderita tuberculosis aktif pada tahap awal tidak dapat dibedakan dari orang yang sehat. Gejala yang dirasakan mungkin belum terlalu menonjol sehingga mereka enggan memeriksakan diri ke dokter atau ke rumah sakit. Salah satu gejala utama tuberculosis adalah batuk berdahak yan berkepanjangan selama lebih dari satu bulan. Batuk dapat ringan-ringan saja, dan seringkali diabaikan hingga tiba-tiba dahak bercampur dengan darah segar. Darah yang keluar pun dapat hanya sedikit, tapi ada juga yang sangat banyak sehinggga membuat orang di sekitarnya menjadi panik. Nyeri dada juga dapat timbul saat batuk, bersin, atau bernapas biasa.

          Jika berat badan tiba-tiba turun drastic atau tampak langsing, jangan senang dulu. “Ini karena penderita TBC biasanya juga mengalami penurunan berat badan yang drastic dalam waktu satu hinga dua bulan. Bila berlanjut tubuh bias sangat kurus dan terlihat seperti tinggal kulit dan tulang,” tambahnya. Kondisi tubuh yang kurus ini juga akan mempersulit proses penyembuhan.

          Selain batuk lama dan kurus, terkadang penderita TBC juga mengeluh berkeringat banyak pada malam hari meski cuaca tidak panas, serin demam, mudah terasa capek dan lemah, serta kurang nafsu makan. Untuk memastikannya, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan. Mulai dari pemeriksaan dahak, penyuntikan di bawah kulit atau tes Mantoux, serta pemeriksaan rontgen dada. Untuk TBC selain paru, mungkin juga diperlukan pemeriksaan lain.

PENYAKIT BERBAHAYA, TAPI DAPAT DISEMBUHKAN
        TBC adalah penyakit berbahaya. TBC paru yang tidak diobati akan menyebabkan kerusakan paru seumur hidup dan dapat menyebar ke seluruh tubuh, bahkan hingga ke otak dan menyebabkan kematian. Jika terlambat diobati, paru yang sudah terlanjur rusak berat dapat menyebabkan pasien sering sesak napas dan kualitas hidupnya terganggu. Akibatnya,penderita TBC yang berusia produktif akan sulit melakukan aktivitas, bahkan tidak jarang terpaksa harus mengundurkan diri dari pekerjaannya. Penderita juga dapat dikucilkan  dari lingkungan di sekitarnya karena takut tertular.

          Dampak TBC dapat bermacam-macam. Tidak hanya mempengaruhi dari segi kesehatan, tetapi juga dari segi psikososial. Namun penderita TBC tidak perlu berkecil hati, karena infeksi TBC dapat disembuhkan. Dengan meminum sejumlah antibiotik dalam jangka waktu tertentu, pasien dapat terhindar dari dampak-dampak serius TBC. Antibiotik standar yang diberikan biasanya ada empat macam, yaitu Rifampisin, INH, Pyrazinamid, dan Ethambutol. Pada kasus-kasus tertentu  dapat juga diberikan Streptomisin. Anti biotik yang harus diminum memang berjumlah banyak. Hal ini karena beberapa jenis TBC sudah kebal terhadap antibiotik tertentu. Bahkan pada orang yang terinfeksi TBC yang sudah kebal terhadap antibiotik, terapi dapat berlangsung hingga selama 18 bulan.

        Pada pengobatan TBC standar, 2 bulan pertama, antibiotik yang diberikan ada 2 macam, yaitu Rifampisin dan INH. Terapi ini dilanjutkan dengan penambahan Pyrazinamid dan Ethambutol selama 4 bulan berikutnya. Pada anak, Ethambutol seringkali tidak diberikan karena dapat menimbulkan efek samping berupa ketulian. Meski demikian, obat ini tetap diberikan secara hati-hati pada kasus-kasus tertentu, berdasarkan pertimbangan bahwa manfaatnya lebih besar dibandingkan risiko.

         Pengobatan ini tampaknya sederhana, padahal tidak semudah itu di lapangan. Pasien TBC harus meminum obat sedikitnya 6 bulan. Padahal jika sakit, minum antibiotik selama 5 hari saja, sering tidak dihabiskan karena bosan minum obat terus. Apalagi obat-obatan TBC jumlahnya 4 macam dan ukuran tabletnya cukup besar. “Tidak heran banyak pasien yang kemudian menghilang dan tidak control lagi setelah beberapa kali pengobatan dan merasa badan sudah enak,” sesalnya. Ini karena mereka kurang/tidak tahu bahwa dengan melakukan hal ini kuman TBC dalam tubuh akan semakin kuat, bahkan menjadi kebal terhadap antibiotik. Akibatnya, proses penyakit terus berlangsung dengan kerusakan yang semakin parah, dan tidak dapat diobati lagi.

      Strategi pemerintah yang menggratiskan pengobatan TBC ternyata tidak cukup untuk membuat penderitanya patuh minum obat. Karena itu, sekarang sudah tersedia obat-obatan dalam bentuk fixed dose,yaitu keempat obat dimasukkan dalam satu tablet. Dengan ini, pasien diharapkan lebih patuh minum obat karena hanya perlu meminum satu obat setiap hari. “Kepauhan minum obat juga harus didukung oleh keluarga atau orang lain yang bertugas mengawasi penderita agar benar-benar minum obat sesuai aturan,” tambahnya.

        Satu hal lagi yang menyebabkan pasien malas minum obat dan memutuskan terapi adalah efek samping obat. Obat dapat menimbulkan rasa mual dan tidak nafsu makan, hiperbilirubinemia sehingga tubuh terlihat kuning akibat gangguan hati, dan demam terus menerus tanpa sebab. Meski demikian, pasien harus tetap diobati dengan modifikasi agar tetap dapat sembuh dengan optimal dan tidak kambuh lagi.

DAPAT DICEGAH DENGAN VAKSINASI
         TBC dapat dicegah melalui vaksinasi. Vaksinasi diwajibkan di Indonesia untuk bayi berusia kurang dari 3 bulan. Vaksinnya adalah BCG (Bacilliu Calmette-Guerin). 8 dari 10 orang yang mendapat vaksinasi akan terlindung dari TBC. Jikapun terkena, dampak TBC tidak akan separah jika tidak divaksinasi. Bayi, misalnya, jika terkena TBC dapat menyerang seluruh bagian paru, bahkan menyebar hingga ke selaput otak dan otak sehingga berakibat fatal.

      Selain pada bayi,BCG juga dianjurkan untuk orang yang beresiko tinggi mengalami TBC. Misalnya anak-anak yang tinggal di daerah yang banyak penderita TBC atau memiliki keluarga dekat yang menderita TBC.Vaksinasi ini juga dianjurkan bagi petugas kesehatan, karena pekerjaannya yang berisiko tinggi tertular TBC saat bekerja.

       Penularan TBC juga dapat dicegah dengan menghindari tidur di ruangan yang sama dengan penderita TBC. Penderita TBC aktif juga dianjurkan untuk libur dulu dari sekolah/kerja selama beberapa minggu di awal pengobatan. Pastikan ventilasi ruangan cukup, agar udara dapat keluar masuk. Kuman TBC akan menyebar lebih cepat di ruangan yan udaranya tidak bergerak. Penderita TBC juga dianjurkan untuk menggunakan tissue menutupi mulut saat tertawa, batuk, atau bersin. Setelah itu, masukkan tissue ke dalam kantong , baru buang ke tempat sampah. Penggunaan masker standar operasi (bukan masker kain) juga dianjurkan pada 3 minggu awal pengobatan untuk mencegah penularan.

2 comments :

  1. terima kasih gan infonya .... kbtulan sy jg kerja di klnik ,.. jadi bermanfaat info ini buat sy .... :)

    ReplyDelete
  2. Sama-ma Mas Fiu. terima kasih telah berkunjung dan memberi komentar positif

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...