expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Demam Setelah Melahirkan

Delia, ibu muda berusia 26 tahun, 3 hari yang lalu melahirkan anak pertamanya. Seharusnya Delia, sudah bisa pulang ke rumah. Namun di hari ketiga, ibu muda ini mengalami demam yang cukup tinggi. Melihat kondisi tersebut, dokter menyarankan Delia untuk tetap tinggal di rumah sakit. Setelah melahirkan, suhu tubuh biasanya akan lebih tinggi 0,5 derajat dari suhu normal, hingga 12 jam pertama. Setelah lebih dari 24 jam, suhu tubuh pun akan kembali normal. namun mengapa suhu tubuh Delia tidak juga turun, bahkan cenderung naik?


     Jika terjadi kondisi ini, ada kemungkinan Delia mengalami infeksi masa nifas. Timbulnya demam pada ibu setelah proses persalinan sering dianggap sebagai tanda adanya infeksi. Ini merupakan hal yang paling ditakuti dari demam pasca persalinan, karena dapat berakibat buruk bagi ibu. Ini karena infeksi tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan menyebabkan kematian bagi pasien. Maka dari itu, perlu dipastikan apakah demam yang dialami menandakan adanya infeksi nifas atau bukan.


INFEKSI NIFAS
      Apa yang dimaksud dengan infeksi Nifas? Infeksi Nifas atau Puerperalis Infection terjadi bila ada peningkatan suhu tubuh melebihi 38 derajat celcius atau lebih, antara dua hari hingga 10 hari setelah melahirkan. Artinya, suhu tubuh naik karena adanya kuman penyebab infeksi masuk ke salah satu organ tubuh. Gejala umumnya adalah suhu tinggi. Jangan anggap remeh gejala tersebut, sebab infeksi yang dibiarkan saja, akan menyebabkan penyakit lebih serius.

     Infeksi nifas merupakan sejenis infeksi bakteri yang umumnya menyerang sistem reproduksi, terutama rahim, yang selanjutnya menimbulkan endometritis (peradangan endometrium atau lapisan dalam rahim). Endometritis merupakan penyebab pasca persalinan yang paling umum. Tidak hanya kuman, infeksi nifas juga bisa disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut;
- Alat-alat yang digunakan pada saat persalinan maupun sesudahnya kurang steril, atau kemungkinan terkontaminasi bakteri dari lingkungan, termasuk petugas ruang bersalin.
- Mengalami proses persalinan lama atau mendadak sehingga tidak tertangani dengan baik.
- Luka guntingan atau robekan dalam proses persalinan.
- Tertinggalnya sisa plasenta atau ari-ari, selaput ketuban, atau darah yang membeku di dalam rahim.
- Kondisi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti malnutrisi atau kurang gizi, perdarahan, kelelahan, dan pre-eklamsia.

       Kuman begitu mudah menyerang tubuh, sehingga penyakit infeksi ini menjadi salah satu penyebab kematian ibu tertinggi di masa lalu. Namun kini, kematian ibu karena infeksi nifas menurun drastis, karena adanya metode pencegahan dan pengobatan yang dilakukan, melalui pelayanan kesehatan yang mulai merata. namun, bukan berarti kita tidak waspada. Sebab masih ada 2-4 % ibu melahirkan yang masih mengalami infeksi nifas. Risiko meningkat 5-10 kali lipat bila persalinan ditempuh melalui operasi caesarea. Risiko bagi ibu yang melahirkan secara normal akan lebih tinggi bila menjalani proses persalinan dengan menggunakan vacum atau forcep. Sementara bagi ibu yang menjalani operasi caesar, risiko terjangkit infeksi akan lebih tinggi lagi bila operasi dilakukan setelah ketuban pecah.


PENYEBAB LAIN
       Tidak saja karena infeksi nifas, beberapa penyakit seperti infeksi saluran kencing dan radang paru bisa menyebabkan demam. Kemungkinan lain penyebab demam pasca persalinan adalah kolapsnya alveoli, infeksi karena luka saat persalinan, dan aliran darah yang kurang lancar pada panggul akibat infeksi menyeluruh. Demam pasca persalinan dapat persalinan dapat pula terjadi dengan adanya faktor-faktor predisposisi berikut:
- Infeksi akibat luka operasi
- Ketuban pecah sebelum waktunya, pemeriksaan vagina yang terlalu sering atau kurang memperhatikan kebersihan.
- Perdarahan berlebihan selama persalinan
- Kondisi ibu yang buruk seperti anemia atau gizi buruk selama kehamilan
- Kelahiran operasi caesarea (20-kali lipat peningkatan risiko untuk infeksi paska melahirkan)
- Diabetes
- Pemasangan kateter untuk menanmpung air seni
- Trauma pada puting karena menyusui.


PEMERIKSAAN DAN PENANGANAN
      Untuk mengetahui, apakah demam pasca melahirkan disebabkan karena infeksi atau tidak, dokter umumnya akan melakukan beberapa pemeriksaan diantaranya; pemeriksaan panggul dan pengambilan sampel dari saluran kelamin untuk mengidentifikasi bakteri yang terlibat dalam infeksi. Pemeriksaan panggul dapat mengungkapkan tingkat infeksi dan kemungkinan penyebabnya. Pemeriksaan laboratorium, bisa dilakukan melalui pemeriksaan darah, air seni jika gejala yang ada mengarah pada infeksi saluran kemih. Serta dapat pula dilakukan foto rontgen dada.

     Demam akibat infeksi memerlukan pengobatan berupa infus antibiotik spektrum luas dan dilanjutkan selama 48 jam walaupun demam telah turun. Obat lain juga diberikan untuk mengatasi gejala yang ada. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan produk sisa konsepsi atau untuk menguras lesi (luka) lokal. Jika terjadi infeksi pada luka episiotomi, luka tersebut perlu dibuka dan dikeringkan.

       Mencegah adalah salah satu jalan terbaik yang dapat dilakukan seorang ibu untuk menghindari terjadinya infeksi pasca melahirkan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah demam pasca melahirkan;
a. Jaga kondisi kesehatan selama hamil, dengan mengonsumsi makanan yang bersih dan memenuhi pola diet sehat berimbang, serta minum air dalam jumlah yang cukup.
b. Menjaga kebersihan daerah sekitar vagina dan luka bekas episiotomi (prosedur bedah untuk melebarkan jalan lahir), terutama setelah buang air kecil dan buang air besar. Cuvi tangan dengan bersih sebelum menyentuh area genital dan anus, basuhlah dengan gerakan dari arah depan ke belakang.
c. Pada operasi caesarea, dokter mungkin memberikan antibiotik walaupun tidak ada demam sebagai antisipasi terhadap bakteri menular.

3 comments :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...