KISAH SI OBAT BATUK TERLARANG

Dextrometorfan

“SEKARANG mau cari obat batuk susah, ya”, ucapan itu terdengar sekilas pada acara rumpi ibu-ibu muda. “Iya, bener banget. Kemarin anak saya Cuma batuk pilek biasa jadi terpaksa harus ke dokter karena apotek nggak mau menjual obat batuk tanpa resep,”curhat ibu yang lain. Ya, saat ini obat batuk tertentu memang menjadi semakin langka. Dan jika adapun, kita tidak dapat membelinya sebebas dahulu. Mengapa demikian? Yuk, kita cari tahu.

DILARANG SETAHUN LALU

Obat batuk yang disebut-sebut dalam kisah di atas adalah dekstrometorfan, yaitu obat yang biasanya di berikan untuk menekan rasa gatal penyebab batuk. Obat ini sesungguhnya sudah ditarik izin peredarannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sejak tahun lalu, tepatnya pada tanggal 24 Juli 2013. Hanya saja, Industri Farmasi diberikan batas waktu sampai 30 Juni 2014, setelah tanggal tersebut peredarannya termasuk obat ilegal. Karena itulah, kabar ini baru terdengar santer akhir-akhir ini. 

Mengapa obat ini ditarik dari peredaran? Rupanya, izin edar dekstrometorfan tunggal dicabut karena adanya laporan penyalahgunaan obat. Penjelasan ini kembali menimbulkan tanda tanya di masyarakat. Bagaimana mungkin obat ini disalahgunakan? Dan jika memang termasuk kedalam obat-obatan terlarang, mengapa peredarannya baru dihentikan sekarang?

BISA DISALAHGUNAKAN

Pernahkah anda mendengar tentang pengasuh yang memberi anak obat batuk agar si anak tidak rewel dan tidur terus? Obat batuk memang bisa membuat anak “teler”, tetapi efek yang ditimbulkan dekstrometorfan (DMP) bisa lebih dari itu. DMP adalah sintetis morflin yang banyak kita temukan di dalam obat batuk dan flu. Obat ini berfungsi sebagai penekan batuk atau antitusif dengan cara menekan pusat batuk di otak. Dengan dosis yang tepat, DMP dapat mengurangi batuk secara aman dan efektif. Bahkan, dahulu DMP digunakan sebagai pengganti kodein, yaitu obat batuk dari golongan opioid, yang dapat menimbulkan ketagihan.

Meski telah lama dijual secara bebas dan luas, DMP tetap menimbulkan kekhawatiran di kalangan petugas kesehatan. Pasalnya, dalam dosis besar, yaitu sekitar 10-15 kali dosis biasa. DMP dapat menimbulkan efek halusinogen atau menimbulkan halusinasi. Efek inilah yang kemudian dapat disalahgunakan oleh kalangan remaja untuk mendapatkan efek mabuk atau istilah gaulnya nge-fly. Padahal, dalam dosis besar DMP dapat berbahaya, bahkan menimbulkan kematian.

Anda mungkin tidak percaya bahwa anak-anak remaja rela meminum obat batuk dalam jumlah banyak untuk mendapatkan efek ini. Namun kenyataannya, nge-fly menggunakan obat batuk malah lebih populer dikalangan remaja di luar negeri dibanding kokain, ekstasi, LSD dan obat lainnya. Pasalnya, DMP termasuk obat yang murah, mudah didapat, dan dijual secara bebas tanpa takut ditangkap polisi. Selain itu, anak juga bisa dengan bebas minum obat batuk di hadapan orang tua. Alasan lain adalah anak menganggap bahwa obat batuk merupakan perantara mabuk yang “aman”. Mereka tidak perlu berurusan dengan pengedar narkoba, dapat dibawa kemana-mana dengan aman, dan membelinya tanpa dicurigai.

DAMPAK MABUK SI OBAT BATUK

Meski hanya obat batuk, penyalahgunaan DMP dalam dosis besar juga dapat berakibat buruk. Pasalnya, dosis yang digunakan untuk tamasya obat ini harus sangat tinggi, sehingga saat efek mabuk terjadi, efek buruk juga sudah mulai menggerogoti tubuh kita.

Perlu diketahui, penggunaan DMP dengan dosis tinggi dapat menyebabkan gangguan penglihatan, keringat berlebih dan demam, pernafasan menjadi cepat, diikuti dengan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Selain itu, dapat juga terjadi mual, muntah, dan diare. Gangguan pada saraf dapat menyebabkan bicara menjadi pelo, gangguan fungsi mental, gangguan ingatan, rapid eye moverment, halusinasi dan disosiasi, hingga koma dan kematian. 

Dampak DMP dapat menjadi semakin luas dan berjangka panjang, jika obat yang digunakan tidak murni mengandung DMP saja. Misalnya pada obat batuk pilek yang juga mengandung kombinasi obat lain, seperti penekan batuk lain, dekongestan, antihistamin, dan anti nyeri. Akibatnya, dapat terjadi  kerusakan hati, serangan jantung, stroke, dan kematian.

Selain efek jangka panjang, pada saat sedang “tinggi”,orang tersebut dapat melukai dirinya sendiri. Gangguan kesadaran, gangguan penglihatan, dan halusinasi dapat menyebabkan orang melakukan tindakan yang irasional dan berbahaya.

BUKAN TERMASUK NARKOBA

Selama ini, DMP masih diperbolehkan untuk dijual bebas karena memang obat ini tidak termasuk ke dalam golongan narkoba. Dengan dosis yang tepat, obat ini tetap efektif dan aman untuk menekan batuk, meski tidak mempercepat penyembuhan flu. Hanya saja, obat ini ditarik dari peredaran karena dapat disalahgunakan jika digunakan dalam dosis besar. Jadi, tidak perlu kuatir jika anda mendapat obat mengandung DMP dari dokter selama digunakan secara tepat.

Jika anda memiliki anak dan remaja di rumah, perhatikan selalu kotak obat anda. Hindari meletakkan obat ditempat  yang mudah dijangkau anak. Simpan botol sirup atau tablet obat batuk anda dilemari obat dalam keadaan terkunci. Waspadai juga jika anak menjadi mudah marah, menarik atau mengurung diri di kamar, sulit memusatkan perhatian, sering berbohong, mencuri atau keluar rumah berjam-jam entah ke mana. Yang terpenting dari semuanya adalah menjelaskan pada anak dampak buruk penggunaan obat apapun tanpa sepengetahuan orang tua.

Sumber

1. Pict: https://drugs-forum.com/forum/showthread.php?t=107444