expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Cara Mengasuh Anak Autis


Cara Mengasuh Anak Autis
Mengasuh anak autis
Saat anak didiagnosis mempunyai bakat khusus berupa autisme, rasa kaget tak dapat dipungkiri pasti ada di pikiran anda. Bagaimana dengan kehidupannya nanti. Bagaimana caranya belajar? Apa yang sesungguhnya dibutuhkan anak Autis ? berikut cara mengasuh anak autis.


    AUTISME pertama kali dipublikasikan oleh Dr. Leo Kanner, seorang dokter spesialis jiwa dari Harvard University tahun 1943, berdasarkan pengamatan terhadap 11 penderita yang menunjukkan gejala kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, menunjukkan perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh.

    Kata autis berasal dari bahasa Yunani “auto” berarti "sendiri" yang ditujukan pada seseorang yg menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya sendiri”. Pada umumnya penyandang autisme acuh terhadap suara, penglihatan, ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi yg muncul tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali.

    Autisme bukanlah suatu penyakit, autisme merupakan kumpulan gejala dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga anak autis seperti hidup dalam dunianya sendiri. Mereka juga umumnya akan mengalami kelainan emosi, intelektual dan kemauan.

        Autisme dapat terjadi pada seluruh anak dari berbagai tingkat sosial dan kultur. Hasil survei yang diambil dari beberapa negara menunjukkan bahwa 2-4 anak per 10.000 anak berpeluang menyandang autisme dengan rasio 3 : 1 untuk anak laki-laki dan perempuan. Dengan arti kata anak laki-laki lebih rentan menyandang autisme dibandingkan anak perempuan. Meski demikian jika anak perempuan yang terkena,ia cenderung akan menunjukkan gejala yang lebih berat.

        Para ahli menyepakati bahwa autisme merupakan gangguan dengan faktor penyebab yang sangat banyak, meliputi faktor genetik dan lingkungan. Salah satu penyebabnya adalah berbagai kondisi yang mempengaruhi dan mengganggu proses perkembangan otak, baik itu terjadi sebelum, selama maupun setelah bayi lahir.

       Autisme merupakan kelainan genetik dan tidak dapat disembuhkan. Namun tidak berarti anak autis tidak dapat menjalani kehidupan normal. Disinilah peran orangtua dibutuhkan untuk memberikan mereka parenting yang positif bagi perkembangan mereka.

        Seperti halnya karakter anak yang berbeda-beda, orangtua pun memiliki keunikan tersendiri dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Pada anak dengan bakat autisme, empati menjadi kunci utamabagi orangtua dalam mengasuh dan merawat anak penyandang autisme. Sejumlah sikap lain yang harus dimiliki orangtua dengan anak penyandang autism adalah sabar dan telaten.

       Saat menerima diagnosis bahwa anak menyandang autism, orang tua umumnya mungkin akan shock bahkan sampai menyangkal. Reaksi itu mungkin bisa dipahami, meski begitu tak boleh dibiarkan terus-menerus. Yang perlu dilakukan orangtua adalah mensyukuri apapun kondisinya. Dengan begitu, orangtua bisa memahami keunikan anak dengan autisme. Sikap menerima dan memahami inilah yang kemudian menumbuhkan empati pada orangtua dan keluarga. Sebab kesabaran tanpa empati, mendorong pada perlakukan keliru pada anak autis. Banyak orangtua atau keluarga yang melakukan penyangkalan begitu mengetahui anaknya penyandang autisme. Penyakit ini dianggap sebagai aib yang mengusik harga diri. Pemahaman mengenai autisme juga tidak tepat. Sehingga orangtua keliru memperlakukan anak penyandang autism.
    
     
Mengendalikan Emosi Anak Autis
SISTEM limbik memiliki peranan penting terhadap perilaku emosi manusia. Apabila sistem ini terganggu atau mengalami gangguan fungsi maka wajar jika para penyandang autisme mengalami gangguan emosi. Gangguan pada sistem limbik yang merupakan pusat emosi mengakibatkan anak autis kesulitan mengendalikan emosinya. Emosi ini dapat menyenangkan atau positif tetapi dapat juga tidak menyenangkan atau negatif.

EMOSI POSITIF
Ada empat macam emosi positif yang terlihat dari tindakan-tindakan emosional anak autis dalam merespon stimulus tertentu.
1.  Senang
    Beberapa stimulus yang mengundang respon bagi anak-anak autistik dapat berupa benda/objek,situasi, maupun interaksi dengan manusia. Dari ketiga sumber stimulus diatas, benda/objek dan situasi/kegiatan adalah stimulus yang paling mempengaruhi emosinya.
    Anak bisa tersenyum, tertawa, bergerak (berjalan mondar-mandir, meloncat, bertepuk tangan, berlari kesana kemari, bergaya), mendekati sumber stimulus, mengambil benda dengan tangan sendiri atau menggunakan tangan orang lain. Saat senang, ia akan mengulangi melakukan kegiatan yang ia senangi, mengutak atik benda yang diminati, menutup telinga, dan bersenandung.
2.  Sayang
    Penyebab emosi ini muncul adalah orang dan benda. Anak autistik akan menunjukkan rasa sayangnya kepada orang-orang terdekat mereka seperti ibu atau pendamping. Terhadap benda, bisa berupa boneka. Namun jangan kaget, bila stimulus rasa sayang yang diberikan berlebihan atau dirasa mengganggu, tak jarang anak autis akan menjadi marah dan menjadi tidak ingin disentuh.
    Respon dari stimulus ini adalah mencium, memeluk, tersenyum, tertawa, memegang tangan, mendekati, mengajak main, bergerak(mondar-mandir,bergaya) didekat orang yang disayang, dan melirik orang yang disayang. Terhadap benda yang disayangi, perilaku anak yang sering muncul adalah dengan memeluk, mencium, dan membawanya kemanapun ia pergi.
3.  Malu
    Sumber stimulus adalah manusia, seperti terlihat pada saat ada orang yang memberi perhatian, yang selanjutnya akan memunculkan respon, tersenyum memalingkan wajah, menunduk, mengalihkan pandangan, memegang orang lain, menjauh, atau berlari mondar-mandir.
 
EMOSI NEGATIF
Emosi jenis inilah yang kadang membuat para orang tua jengkel. Beberapa emosi negatif yang sering muncul diantaranya :
1.  Marah
sumber stimulus yang menjadi penyebab emosi ini adalah: manusia dan situasi tertentu. Stimulus yang bersumber dari manusia yang memunculkan emosi ini adalah pada saat subjek dilarang melakukan kegiatan yang diinginkan, disuruh melakukan hal yang tidak disukai, hak milik dilanggar, dan tindakan/ucapan diralat orang lain. Selain itu stimulus berupa situasi yang menjadi pemicu emosi marah adalah pada saat ada keinginan  atau kebutuhan anak tidak terpenuhi. Kadang kala anak kerap marah tanpa sebab.
2. Takut
sumber stimulus yang menjadi penyebab munculnya emosi takut pada anak autis adalah: manusia dan situasi/kegiatan tertentu. Respon berupa tindakan yang memperlihatkan emosi takut adalah ; menjerit lirih, berpaling dari orang yang memarahi (mencari perlindungan), menutup telinga, menarik orang yang berada didekatnya, berontak, menghindar (menjauh), menggunakan tangan orang lain, menunduk, berjalan tergesa-gesa, berpegangan erat pada orang didekatnya, menahan tubuh, menangis, dan memeluk orang lain, memukul meja.
3.  Sedih, perasaan sedih muncul berkaitan dengan sosok ibu, apabila ibu belum datang mengunjungi maka mereka memperlihatkan perilaku seperti melamun, menangis dalam diam, dan memanggil-manggil ibunya.
4.  Terkejut, merupakan emosi yang disebabkan kejadian yang datang secara tiba-tiba. Secara fisiologis orang yang terkejut anggota badannya akan menjadi kaku, sedangkan tindakan yang biasanya menyertainya adalah berlarian kesana-kemari. Saat terkejut karena terpergok melakukan sesuatu, anak meresponnya dengan meletakkan benda yang diambil atau meninggalkan kegiatan yang dilarang, dan cepat-cepat menjauh.

    Banyak dari anak yang terdiagnosis autisme memiliki kesulitan dalam menata emosi dan mempertahankan status ketenangan dalam dirinya. Boleh jadi mereka akan terjebak dalam suasana emosi mereka sendiri. Diperlakukan pengendalian emosi yang tepat dalam menata emosi sang anak. Pengendalian emosi pada anak autis ditujukan untuk mengendalikan dan mengontrol emosi negatif seperti marah dan takut. Terdapat dua macam pengendalian yaitu pengendalian internal dan pengendalian eksternal. Pengendalian internal adalah pengendalian emosi yang dilakukan oleh subjek sendiri, seperti melakukan perilaku steriotipnya untuk mengendalikan kemarahannya. Pengendalian eksternal dilakukan orang-orang terdekat subjek dengan tujuan subjek tidak menjadi tantrum, dapat belajar mengutarakan keinginannya, dan dapat menyerap latihan dengan lebih baik.

    Pengendalian internal, dapat dilakukan dengan menggunakan perilaku steriotip anak autistik untuk mengendalikan emosi sendiri. Beberapa contoh perilaku steriotip anak autism adalah dengan menutup telinga, berjalan mondar-mandir, membuka lebar katalog, dan  menyusun benda-benda.

    Pengendalian eksternal, pengendalian ini dilakukan oleh orang-orang dilingkungan keluarga, sekolah, bahkan lingkungan masyarakat untuk mengatur mngendalikan kemarahan anak autis. Pengendalian yang dilakukan dapat dengan memberi pengertian dan memberi kesempatan anak untuk melakukan keinginannya (mengarahkan). Anak juga harus dilatih agar bisa menyampaikan keinginannya lewat verbal maupun tindakan. Respon anak autis terhadap perlakukan ini adalah mereka selanjutnya dapat menyampaikan keinginannya sehingga tidak menjadi marah.

    Dengan kata lain, perilaku steriotip yang dilakukan anak-anak autis adalah suatu cara mereka untuk mengendalikan emosi. Tindakan menyakiti diri sendiri seperti, membenturkan kepala atau menarik rambut sendiri umumnya dilakukan anak autis untuk  menghindari rasa sakit yang lebih besar dan menjadi fungsi komunikatif untuk mencari perhatian.  Kembali pada rutinitas juga dapat menjdi cara anak untuk menghindari dan mengontrol rasa takut atau suatu cara untuk lari dari situasi yang membingungkan.


Sumber pict:
1. http://frenchtribune.com/teneur/1214096-understanding-autism-spectrum-disorders

4 comments :

  1. Artikelnya sangat berbobot dan bermanfaat banget nie, mengingat anak autis itu memerlukan penanganan yang baik dan benar :)

    ReplyDelete
  2. bagus juga nech, buat memahami emosi dan prilaku anak...makasi kk

    ReplyDelete
  3. good info and nice sharing..:)

    ReplyDelete
  4. Artikel yang bermanfaat..terima kasih atas perkongsian.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...