expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Stockholm Syndrome, Membela yang Menyakiti

Stockholm Syndrome Info Kesehatan Indonesia        Sudah tahu selalu menyakiti, tapi tetap saja masih dijadikan pahlawan hati! Hati-hati, Stockholm syndrome mengintai. VERA dibuat jengkel sahabatnya Andin yang masih saja menjadikan Anton, pacarnya sebagai pahlawan hati. Padahal, Anton selalu menyakiti hati sahabatnya, mulai dari memukul, mencaci dan menudingnya dengan kata-kata yang buruk. Alih- alih mengakhiri hubungan yang tak lagi sehat itu, Andin justru tetap memuja dan membelanya tiap kali Vera menasehatinya. Malah jadi kesal sendiri, keluh Vera.

       Ilustrasi di atas adalah gambaran Stockholm syndrome. sindrom ini kerap menghinggapi perempuan dengan kondisi emosi yang rapuh dan labil. Jangankan diminta untuk menghentikan hubungannya, sang korban kekerasan dalam hubungan ini justru merasa pelakunya adalah pahlawan.

PERASAAN POSITIF
          Stockholm syndrome adalah kumpulan gejala psikologis di mana seorang tawanan atau tahanan mengekspresikan empati dan simpati serta memiliki perasaan positif terhadap orang yang menangkap atau menyiksanya. Bahkan, pada beberapa hal tertentu korban juga tak enggan membela orang yang berbuat jahat kepadanya.
          Perasaan ini bisa terjadi karena pemikiran yang irasional dalam kondisi mengalami bahaya atau risiko sebagai korban, sehingga mereka memaknai ketidakadaan siksaan atau ancaman pada waktu tertentu sebagai tindakan kebaikan dari pelaku kejahatan tersebut. 
          Biasanya yang rentan terkena sindrom ini adalah perempuan, terutama yang mengalami kondisi emosi yang rapuh dan labil. Bisa pula menimpa pada mereka yang tidak memiliki dukungan sosial yang sehat dan dapat diakses kapan saja. Orang dengan sindrom ini umumnya kurang mampu berpikir rasional dan logis. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pada laki-laki. Tetapi, lazimnya yang menderita hal ini adalah perempuan.

TAK BERDAYA
           Umumnya mereka yang mengalami Stockholm Syndrome justru akan bersimpati dan membela penganiaya atau orang yang berbuat jahat kepadanya. Atas nama cinta, mereka kerap membenarkan alasan perbuatan orang tersebut.
         Ada beberapa tanda yang bisa dilihat apakah seseorang terkena sindrom ini atau tidak.Tanda yang sangat ketara adalah adanya perasaan positif terhadap pelaku dan sebaliknya memiliki perasaan negatif terhadap keluarga atau teman yang mencoba menolongnya. Korban juga mendukung alasan atau perilaku pelaku terhadapnya dan senantiasan berperilaku positif yang mendukung pelaku serta ketidakmampuan membebaskan diri sendiri dari situasi.
Ketidakberdayaan ini  terjadi karena adanya rasa takut yang sedemikian besar pada sang korban. Ini membuat kemampuan berpikir logis dan rasionalnya terhambat, sehingga terjadi proses mekanisme defensif untuk melindungi diri sendiri. Mereka menciptakan pemikiran tidak rasional untuk menjawab pertanyaan mereka sendiri tentang mengapa mereka mengalami penderitaan tersebut. Alhasil, ketika tidak mendapat jawaban yang masuk akal, mereka menciptakan ide bahwa penjahatnya itu baik, khususnya ketika mereka sedang dalam kondisi tidak mengalami sesi kejahatan.Misalnya, ketika si pelaku sedang dalam kondisi mood yang baik, membelikan makanan, memuji penampilannya yang mengikuti saran pelaku kejahatan, dst.

TERBUKALAH
          Gangguan psikologis ini bukan lagi perkara remeh. Bila terus dibiarkan, korban akan tenggelam dan terjebak dalam permasalahan yang lebih berat,yaitu masuk ke lingkaran kejahatan. Mereka juga akan kehilangan kemampuan berpikir logisnya. Emosinya kian labil sehingga perilakunya kurang dapat diandaikan. Ketika orang tidak mampu berpikir rasional, maka ia tidak dapat diandaikan untuk melakukan tindakan yang bertanggung jawab. Mereka bisa saja menolak masukan positif, tidak mendengarkan saran yang baik dan justru bersikeras dengan pandangannya yang keliru.
           Sikap ngeyel sang korban ini tak hanya mengganggu dan merugikan kehidupannya , namun juga orang- orang terdekat mereka seperti sahabat dan keluarga.  Mereka akan merasa jengkel atau marah serta mempertanyakan mengapa dia tetap mempertahankan relasi walaupun sudah berulang-ulang dianiaya dan diperlakukan secara tidak adil.
         Yang tak kalah membahayakan, kemungkinan korban mengalami siksaan yang lebih berat sangatlah besar. Bahkan, jika korban tidak segera menyadari kondisinya dalam siksaan yang membahayakan dirinya, bisa menyebabkan kematian.
            Oleh sebab itu, perlu ditegaskan pada korban untuk terus berusaha terbuka terhadap orang lain. Kemudian, mintalah masukan orang lain, apakah jalan pikir dan langkah emosional yang diambilnya tepat atau sudah tidak realistis. Korban juga sebaiknya tidak ragu untuk meminta bantuan profesional untuk menimbang permasalahan dan mengusulkan alternatif jaian keluar juga merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan selanjutnya.

Tips Cegah & Hindari Stockholm syndrome
1.    Latih pemikiran yang kritis dan rasional.
2.    Gunakan logika yang realistis ketika berhadapan dengan situasi dan kondisi apapun, termasuk hal-hal yang berurusan dengan cinta dan hubungan romantis agar dapat segera menimbang persoalan yang dihadapinya.
3.    Usahakan untuk memiliki teman dekat atau seseorang/kelompok yang dengannya bisa berbagi bersama, termasuk dalam hal-hal yang pribadi.
4.    Bagi orang terdekat, jangan menyerah untuk memberikan masukan dan pandangan yang benar, jangan pula menyalahkan atau mengancamnya. Makin keras ancaman yang ditujukan kepadanya, makin bertahan dia dalam kekeliruannya.


Sumber:
pict: http://rri.co.id

3 comments :

  1. Kelainan y,
    Parah juga y sob

    ReplyDelete
  2. wah,, berbahaya ya,,

    semoga dijauhkan..

    ReplyDelete
  3. Jadi inget kasus pembunuhan ade sara :(

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...