expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Bahaya Robekan di Rahim

Baju robek sudah biasa. Sofa robek juga bukan hal yang menguatirkan. Namun bagaimana jika rahim yang robek?Tentu luar biasa, apalagi jika robekan terjadi saat ada calon buah hati di dalamnya. Mengapa bisa terjadi?


Santi sedang bingung. Wanita 30 tahun ini sedang hamil anak keduanya. Masalahnya anak pertama Santi dilahirkan melalui operasi. Namun, untuk anak keduanya ini, Santi ingin merasakan persalinan secara normal tanpa operasi. Ia merasa belum lengkap sebagai wanita jika belum merasakan sakitnya persalinan normal. Bisa nggak ya? Setelah berkonsultasi dengan dokter kandungan, ternyata jawabannya adalah bisa, tapi ada resiko kecil terjadi robekan pada rahim. Seperti apa robekan pada rahim itu? Dan apa dampaknya pada ibu dan bayi?

MOMOK BAGI WANITA HAMIL
        Wanita adalah makhluk yang istimewa. Dari rahimnya dapat terlahir manusia-manusia kecil yang kelak akan mengambil alih dunia. Karena itu, rahim juga pasti organ yang istimewa. Rahim memiliki sifat yang elastis, dan dapat ikut tumbuh dan teregang seiring dengan pertumbuhan janin. Namun, sama seperti organ lain, rahim juga dapat terluka dan sobek. Entah karena benturan hebat atau kecelakaan, maupun secara sengaja pada saat dilakukannya pembedahan pada rahim. Luka lama robekan ini, bisa terbuka kembali saat rahim teregang, yaitu saat wanita tersebut hamil  dan melahirkan.

      Robeknya rahim sering disebut dengan istilah ruptur uteri dalam dunia kedokteran. Meski kejadiannya sangat jarang (hanya 2-3 kejadian pada 10 ribu kasus), tetapi robekan yang besar dan luas dapat membahayakan keselamatan janin. Inilah mengapa, dokter menganjurakn agar wanita yang melahikan melalui operasi Caesaria menunggu sedikitnya satu tahun sebelum hamil anak yang berikutnya. Ibu-ibu istimewa ini juga lebih dianjurkan untuk melahirkan anak berikutnya melalui pembedahan, karena persaalinan secara normal dapat menimbulkan beban besar bagi rahim sehingga bekas luka dapat terbuka kembali.

MEREKA YANG BERESIKO
      Punya riwayat melahirkan melalui caesar, kuret, operasi mioma, atau aborsi? Resiko robek rahim juga bisa meningkat. Apalagi, jika pada pembedahan sebelumnya, sayatan yang dilakukan berbentuk vertikal atau bentuk T. Namun selain itu, ternyata ada beberapa hal yang juga dapat meningkatkan risiko robek pada rahim, diantaranya kegemukan atau obesitas, kelainan pada rahim, dan kanker rahim.

    Risiko robek rahim juga dapat meningkat akibat kehamilan itu sendiri. Misalnya hambatan lahir, robekan pada leher rahim, ari-ari yang lengket dan tidak dapat lepas dengan sendirinya, cairan ketuban berlebih, cacat pada janin, janin sungsang, penggunaan alat pada saat proses pelahiran, dan ibu yang punya riwayat melahirkan berkali-kali. 

PERDARAHAN DISERTAI NYERI
Anda hamil? Sering membayangkan bagaimana ngerinya nanti saat persalinan? Anda bukan satu-satunya wanita yang mengalami hal ini. Jika anda pernah melahirkan melalui operasi caesar, kesempatan untuk melahirkan secara normal masih terbuka lebar. Meski demikian, ibu-ibu tegar seperti ini perlu eling lan waspodo jika sewaktu-waktu terjadi robekan rahim.

      Gejala yang mungkin timbul pada saat terjadi robekan rahim diantaranya perdarahan melalui vagina atau kencing kemerahan bercampur darah. Robekan juga menimbulakn nyeri mendadak dan berlangsung terus-menerus meski sedang tidak ada kontraksi. Selain itu, kontraksi bisa menjadi tidak teratur sehingga persalinan juga menjadi terhambat. Meski demikian, terkadang gejala-gejala ini tidak selalu tampak jelas. Bahkan bukan tidak mungkin ibu tiba-tiba mengalami shock karena perdarahan. Jumlah darah yang keluar belum tentu sebanding dengan hebatnya robekan, karena bisa saja darah tidak keluar melainkan mengendap dirongga perut.

    Pada janin, robekan rahim dapat menyebabkan penurunan detak jantung serta timbulnya tanda-tanda stress. Kondisi ini dapat membahayakan janin. Oleh sebab itu, jangan lupa untuk mengingatkan dokter untuk selalu memantau keadaan janin. Seandainya nasib belum berpihak pada anda, ada baiknya untuk mengurungkan niat melahirkan secara normal.


HARUS CAESAR?
      Manusia boleh berencana, tetapi Tuhan juga yang menentukan. Jika manusia ini ingin melahirkan normal tetapi ternyata terjadi robekan pada rahim, maka tidak ada jalan lain selain melakukan operasi Caesar. Tindakan ini dilakukan terutama untuk menyelamatkan janin. Pasalnya, janin bergantung penuh pada pasokan darah ibu yang berasal dari rahim. Jika rahimnya kekurangan darah, tentu ia juga kekurangan oksigen yang berakibat fatal.

       Operasi Caesar juga harus dilakukan secepatnya, sebisa mungkin kurang dari 15 menit setelah diketahui adanya stress pada janin. Maka, wanita yang beresiko mengalami robek rahim, sebaiknya ditempatkan diruangan melahirkan yang dekat dengan kamar operasi atau bahkan melahirkan diruang operasi. Jika robekan sangat besar dan luas, bukan tidak mungkin ibu juga dalam bahaya sehingga memerlukan tranfusi darah dan operasi pengangkatan rahim.

TIDAK PERLU KECIL HATI
      Jadi tetap ingin melahirkan secara normal? Boleh saja. Yang penting anda sudah tahu rambu-rambunya. Pertama menunggu sedikitnya satu tahun sebelum berusaha hamil kembali, dam yang kedua mengingat dan mengenali gejala-gejala terjadinya robek rahim. Jangan lupa untuk rajin-rajin kontrol ke dokter untuk memastikan kesehatan anda dan jabang bayi. Pada saat sudah timbul kontraksi, minta dokter untuk selalu memonitor keadaan janin.

        Resiko kematian janin pada robek rahim hanya 2 dari 1000 bayi. Meski demikian, tentu tidak ada ibu yang meharapkan hal ini terjadi pada dirinya. Jika anda ternyata belum mendapat kepercayaan untuk melahirkan secara normal, tidak perlu kecil hati. Karena yang terpenting adalah ibu dan anak sehat dan lahir selamat.

No comments :

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...