expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Bakteri di Usus Mempengaruhi Otak

Bakteri Usus Pengaruhi Otak
Kondisi usus dapat memengaruhi otak atau dikenal dengan istilah gut-brain axis. Studi menemukan, pasien IBS (irritable Bowel Syndrome) mengalami penurunan IQ verbal dibandingkan orang lain, termasuk sebelum mengalami IBS. Data secara umum juga menunjukkan, pasien IBS kerap alami depresi dan ganguuan kecemasan.

       Salah satu faktor yang mendukung gut-brain axis adalah kondisi mikroflora usus. Banyak pasien IBS yang mengalami ketidakseimbangan flora usus, bakteri yang memproduksi gas tumbuh berlebihan. Sebuah studi menunjukkan, penderita IBS memilki konsentrasi Bifidibacteria dan Lactobacilli lebih rendah ketimbang orang sehat umumnya.

        Terganggunya keseimbangan mikroflora usus membuat usus teriritasi. Flora patogen merusak lapisan mukosa usus, hingga akhirnya terjadi permeabilitas pada dinding usus. Barrier usus rusak, terbentuklah rongga-rongga yang cukup besar pada epitel usus sehingga terjadi kebocoran usus (leaky gut). Ini menjadikan partikael yang berukuran besar seperti racun mau pun makanan yang belum diolah sempurna, bocor kealiran darah dan meracuni seluruh tubuh termasuk otak.

       Gut-brain axis ditengarai sebagai salah satu etiologi atau faktor penyulit dalam kasus ASD (autistic spectrum disorder). Pada usus anak dengan ASD, kerap ditemukan flora patogen seperti bakteri clostridium, atau jamur Candida. Selain bisa menghancurkan dinding usus, racun yang dihasilkan mikroba ini dapat mengganggu fungsi saraf. Dengan bocornya usus, racun ini masuk kealiran darah, mengalir ke otak dan menimbulkan peradangan. Kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan saraf dan psikologis. Akhirnya, timbul gejala autisme seperti sulit berkonsentrasi, mudah marah/tantrum, dan lain-lain.

    Hal serupa terjadi pada pasien sindrom kelelahan kronis (chronic fatigue syndrome / CFS), sebuah kondisi kelelahan ekstrim dengan gejala antara lain gangguan kognitif, gangguan tidur, gejala emosional (ansietas dan depresi), sakit kepala, kelelahan, serta nyeri pada otot dan persendian. Level Bifidobacteria pada usus pasien CFS sama rendahnya rendah dengan pasien IBS.

       ASI eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan. Ini karena ASI mendukung pembentukan mikroflora sehat pada saluran cerna. ASI secara alami mengandung komponen untuk mendukung daya tahan tubuh seperti anti bodi, sel imun, serat pangan serta probiotik seperti lactobacillus reuteri untuk mendukung kesehatan saluran cerna. Dr, Saptawati menyampaikan bahwa asupan bakteri baik atau dikenal sebagai probiotik yang ada di saluran cerna seperti lactobasillus reuteri terbukti dapat mengurangi berbagai gangguan pencernaan seperti kembung, kolik, konstipasi dan diare.

         Probiotik sudah lama dikenal sebagai “pengawal”kesehatan organ pencernaan karena bisa menekan pertumbuhan flora patogen di usus. Probiotik juga menghasilkan enzim khusus yang dapat ‘menambal’ kebocoran usus.

        Sejauh ini, pengobtan yang dilakukan untuk CFS hanya untuk mengatasi gejala. Namun, penelitian Universitas Toronto, Kanada, menunjukkan bahwa probiotik memberi efek positif. Pada kelompok probiotik, tampak peningkatan lactobacillus dan bifidobacteria yang signifikan. Mereka juga menunjukkan penurunan gejala ansietas yang signifikan (berdasarkan BAI), dibandingkan kelompok kontrol yang menerima plasebo.

No comments :

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...